SELAMAT DATANG SAHABAT PRUDENTIAL - SALAM HANGAT UNTUK ANDA DAN KELUARGA - DAPATKAN INFORMASI LEBIH DARI KAMI - SELALU ADA DIMANAPUN ANDA BERADA UNTUK MEMBANTU MERENCANAKAN KEUANGAN MASA DEPAN DENGAN KEPASTIAN

AGENT PRUDENTIAL SYARIAH

"INFORMASI DETAIL : +6283851753352 CALL/WHATSAPP/TELEGRAM"

Kinerja Keuangan Asuransi Jiwa Selama Tahun 2013

print this page
send email

Masih Tumbuh Walaupun Tipis

Industri perasuransian Indonesia benar-benar mengalami banyak tantangan selama tahun 2013. Pelemahan ekonomi makro eksternal yang masih menyelimuti perekonomian Indonesia, telah mempengaruhi hasil kinerja industri asuransi jiwa secara nasional. Terjadinya perlambatan terhadap beberapa hasil kinerja 46 perusahaan asuransi pada tahun lalu pun tidak dapat dielakkan.


Data dari Lembaga Riset Media Asuransi (LRMA) menyebutkan, 46 perusahaan asuransi jiwa yang paling lambat tanggal 30 April 2014 telah mempublikasikan neraca keuangan per 31 Desember 2013, secara umum kinerjanya tetap naik, meski pertumbuhannya relatif tipis dibandingkan dengan kinerja 2012 yang rata-rata tumbuh di atas dua digit. Dari hasil riset tersebut ditemukan bahwa dari sejumlah kinerja keuangan 2013, ada beberapa yang hasilnya menunjukkan minus. Seperti hasil investasi terus melorot akibat nilai saham yang berguguran, nilai tukar rupiah yang melemah, dan rendahnya nilai suku bunga selama 2013.
Hasil investasi pada 2012 mencapai Rp21 triliun, sementara tahun 2103 anjlok menjadi Rp7 triliun. Hal ini diakibatkan perusahaan asuransi jiwa banyak yang bermain di pasar saham, karena produknya bersifat jangka panjang, mencari instrumen investasi yang paling optimal dan menguntungkan. Laba komprehensif industri asuransi jiwa yang mencapai Rp9,3 triliun di tahun 2012, terjun bebas menjadi Rp3 triliun pada 2013. Kondisi ini terutama disebabkan oleh beberapa perusahaan yang kinerjanya kurang memuaskan, dengan mencatat kerugian komprehensif di tahun 2013.
Sementara itu aset hanya tumbuh sembilan persen, di tahun 2012 angkanya Rp240 triliun, naik menjadi Rp262 triliun di tahun 2013. Ekuitas hanya tumbuh enam persen menjadi Rp52,6 triliun pada tahun 2013, sementara tahun sebelumnya Rp49,8 triliun. Serta pendapatan premi neto naik lima persen, dari Rp97 triliun di tahun 2012 menjadi Rp99 triliun di tahun 2013. Di sisi lain, hasil underwriting tumbuh 330 persen, dari Rp4,7 triliun pada 2012, menjadi Rp10,7 triliun di tahun 2013. Namun pertumbuhannya masih kalah jauh jika dibandingkan dengan pertumbuhan hasil underwriting tahun 2012 dibandingkan 2011 yang berhasil meningkat hingga 993,89 persen. Bagaimanapun, semua perusahaan asuransi jiwa telah bekerja keras melalui kanal-kanal distribusi yang dimiliki, seperti agen, telemarketing, bancassurance, dan employee benefit.
15 Pemain Utama
Data LRMA memperlihatkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir ini, para pemain utama asuransi jiwa di negeri ini adalah perusahaan asuransi patungan. Mereka mulai mencengkeramkan modalnya di perasuransian, khususnya asuransi jiwa. Dari 15 besar pemain utama yang dihitung berdasarkan kriteria aset, hanya ada empat perusahaan asuransi lokal yakni yang masuk dalam kelompok terbesar ini, yakni Asuransi Jiwasraya, Asuransi Jiwa Sequis Life, Indolife Pensiontama, dan Asuransi Jiwa Central Asia Raya (CAR).
Untuk tiga urutan pertama market leader masih tetap dikuasai asuransi asing, yaitu Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia), Asuransi Jiwa Manulife Indonesia, dan AIA Financial. Bahkan Prudential Indonesia sudah lima tahun ini menduduki peringkat pertama sebagai market leader asuransi jiwa di negara ini. Perusahaan asal Inggris ini dengan cepat menggurita ke berbagai daerah di Tanah Air. Permodalan dan sumber daya manusia yang kuat serta agresivitas dalam menjaring nasabah, menjadikan perusahaan asuransi patungan lebih cepat menguasai pasar di Indonesia.
Kalau diperhatikan pencapaian bisnis 15 asuransi jiwa pemain utama tersebut, mereka menguasai perolehan aset, pendapatan premi, dan laba komprehensif dari industri asuransi jiwa secara keseluruhan. Aset 15 perusahaan asuransi jiwa terbesar ini mencapai Rp232,6 triliun, sedangkan total 46 perusahaan asuransi jiwa mencatat aset sebesar Rp262,1 triliun. Untuk pendapatan premi, para pemimpin pasar ini menguasai Rp82,8 triliun, sedangkan perolehan premi dari 46 perusahaan mencapai Rp102 triliun. Dan, dari total laba komprehensif perusahaan secara keseluruhan sebesar Rp9,1 triliun, 15 perusahaan asuransi jiwa terbesar ini menguasai hingga Rp8,96 triliun.
The Best Insurance
Kalau memperhatikan dari hasil pemeringkatan perusahaan asuransi jiwa yang masuk dalam kategori The Best Insurance 2014, ada beberapa perusahaan yang sebelumnya tidak masuk dalam Best Insurance mampu menyalip asuransi lain dan masuk dalam kategori tersebut. Seperti pada kelompok ekuitas Rp750 miliar ke atas, ketiga perusahaan yang terbesar dari sisi aset saat ini, tidak masuk pada kategori Best Insurance. Pada tahun ini, Inhealth Indonesia berhasil menduduki urutan pertama, predikat yang sebelumnya diraih oleh Prudential Life Assurance.
Sepertinya, Inhealth anak usaha PT Askes (sebelum diambilalih Bank Mandiri), terus meningkatkan kinerjanya. Perusahaan yang baru saja diakuisisi oleh Bank Mandiri pada pertengahan tahun ini kembali meraih kejayaannya setelah pada 2013 tidak masuk sebagai Best Insurance. Posisi kedua diraih oleh Asuransi Jiwasraya (Persero), yang pada 2013 diduduki oleh Asuransi Allianz Life Indonesia, dan ketiga Commonwealth Indonesia, mengambilalih posisi yang semula ditempati AXA Mandiri Financial Services.
Sementara itu pada kelompok ekuitas Rp250 miliar - Rp750 miliar, di peringkat pertama ditempati oleh BNI Life Insurance, sebelumnya diduduki AXA Financial Indonesia. Untuk urutan kedua, saat ini dipegang oleh Asuransi Jiwa Mega Life, tahun lalu posisi ini ditempati Asuransi Jiwa Beringin Sejahtera. Dan, posisi ketiga masih tetap dikuasai AXA Financial Indonesia.
Sedangkan pada ekuitas Rp100 miliar - Rp250 miliar, terjadi perubahan perusahaan yang menduduki posisi tersebut, namun tetap ditempati asuransi jiwa syariah. Kalau tahun lalu oleh Asuransi Jiwa Syariah Al Amin, pada 2014 diambilalih oleh Asuransi Takaful Keluarga, dan urutan berikutnya dipegang Asuransi Recapital, sebelumnya diduduki Equity Life Indonesia. Sementara tahun ini, Equity melorot di posisi ketiga. Untuk di kelompok ekuitas kurang dari Rp100 miliar, hanya satu perusahaan yang lolos pemeringkatan dan otomatis meraih predikat Best Insurance, yakni Asuransi Jiwa Syariah Al Amin. Di tahun lalu, perusahaan ini ada di kelas Rp100 miliar - Rp250 miliar.
27 Tidak Lolos Pemeringkatan
Kalau diperhatikan lebih mendalam lagi data LRMA, ada sesuatu yang cukup ironi. Hasil pemeringkatan yang dilakukan LMRA terhadap 46 perusahaan asuransi jiwa, lebih dari separuh perusahaan yang tidak memenuhi kriteria untuk diperingkat,
yakni mencapai 27 perusahaan. Sementara pada pemeringkatan tahun lalu ada 18 perseroan yang tidak lolos seleksi oleh LRMA tersebut. Jadi, terjadi penambahan sembilan perusahaan yang tidak lolos untuk diperingkat pada tahun ini.
Untuk kelompok di ekuitas Rp750 miliar ke atas ada enam perseroan. Sementara, di tahun lalu perusahaanperusahaan tersebut lolos pemeringkatan semua. Untuk di ekuitas Rp250 miliar - Rp750 miliar ada dua perusahan yang tidak masuk dalam pemeringkatan. Sementara, di kelas ekuitas Rp100 miliar - Rp250 miliar ada 17 perusahaan yang masuk kategori tersebut, tapi hanya empat perseroan yang lolos dalam pemeringkatan. Dan, pada kategori ekuitas kurang dari Rp100 miliar, dari tujuh perusahaan hanya ada satu asuransi jiwa yang berhasil ikut dalam pemeringkatan.
Meskipun pencapaian kinerja asuransKue pasar asuransi di Indonesia yang masih besar merupakan daya tarik bagi investor asing untuk menanamkan modalnya di negara ini. Pertumbuhan ekonomi dan besarnya jumlah penduduk Indonesia yang belum berasuransi, menjadi pasar potensial. Dalam kurun waktu satu tahun saja sudah ada beberapa investor asing yang mencaplok asuransi jiwa lokal. Sebut saja ada Panin Daichi Life dan Hanwha Life. Dan, pada tahun ini akan ada lagi sebuah perusahaan asuransi jiwa yang bersinergi dengan investor asal Jepang. Kita tunggu saja.